Contoh
kasus 1:
Saya
pernah mengikuti beberapa test psikologi sederhana melalui sebuah sosial media,
dimana disana kita diminta untuk mengisi beberapa soal dengan pilihan ganda
sebagai jawabannya. Setelah saya ikuti lebih lanjut, dapat diketahui soal-soal
tersebut merupakan salah satu dari test proyektif yaitu HTP (house tree person)
yang disederhanakan dan dibuat lebih mudah dipahami. Dengan mengisi pilihan
ganda yang tersedia dan menjadikan jawaban paling dominan sebagai tolak ukur
hasil test, keluarlah hasil test tersebut. Tidak terlalu valid dan reabilitas
mungkin, tetapi ini merupakan salah satu contoh bahwa test psikologi tidak
sekolot yang banyak orang bayangkan dan test psikologi mengikuti perkembangan
zaman dengan turut menggunakan system informasi atau komputerisasi untuk
mempermudah penggunaan alat testnya.
Analisa
kasus 1:
Berdasarkan
definisi system informasi psikologi yaitu suatu sistem atau tata cara yang
merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media,
prosedur dan pengendalian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan, mengolah, dan
menyimpan data mengenai perilaku terlihat maupun tidak terlihat secara langsung
serta proses mental yang terjadi pada manusia sehingga data tersebut dapat
diubah menjadi informasi yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu seperti
tujuan penelitian. Maka dapat saya simpulkan bahwa contoh kasus diatas juga
merupakan bagian dari SIP juga walaupun dalam bentuk yang lebih disederhanakan
dan belum dapat dikatakan hasilnya dapat dijadikan tolok ukur psikologis kita.
Dengan menggunakan test tersebut kita sudah melakukan pengumpulan, mengolah,
dan menyimpan data mengenai perilaku terlihat maupun tidak terlihat secara
langsung serta proses mental yang terjadi pada manusia dan menggunakan sistem
atau tata cara yang merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat
teknologi, media, prosedur.
|
Kebutuhan sistem
informasi akademik diatas dapat didefinisikan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut:
1. Informasi apa yang akan diolah dan dihasilkan oleh Bagian Akademik, Bagian Keuangan, dan Ketua Program Studi, Untuk siapa dan kapan disampaikannya.
2. Fungsi apa yang harus dipunyai sistem supaya pekerjaan Bagian Akademik, Bagian Keuangan, dan Ketua Program Studi dapat dibantu pelaksanaannya.
3. Basis data apa yang harus ada untuk menyimpan data agar menjadi sumber untuk informasi yang akan diolah dan dihasilkan, seperti apa penempatan datanya.
1. Informasi apa yang akan diolah dan dihasilkan oleh Bagian Akademik, Bagian Keuangan, dan Ketua Program Studi, Untuk siapa dan kapan disampaikannya.
2. Fungsi apa yang harus dipunyai sistem supaya pekerjaan Bagian Akademik, Bagian Keuangan, dan Ketua Program Studi dapat dibantu pelaksanaannya.
3. Basis data apa yang harus ada untuk menyimpan data agar menjadi sumber untuk informasi yang akan diolah dan dihasilkan, seperti apa penempatan datanya.
Jawaban dari pertanyaan diatas
selanjutnya hanya tinggal disistematikakan sesuai kebutuhan dalam sistem
informasi.
Dengan
adanya contoh tersebut, saya mencoba membuat contoh kasus pada sistem informasi
psikologi. Seiring berkembangnya zaman yang semakin canggih dan modern,
rata-rata yang berkaitan dengan pekerjaan kita sudah mulai berubah dari sistem
manual menjadi komputerisasi.
Analisa
kasus 2:
Dapat
disimpulkan bahwa sistem informasi psikologi adalah suatu sistem yang
terintergrasi atau saling berkaitan satu sama lain yang mampu menyediakan
informasi yang bermanfaat bagi penggunanya (manusia) mencakup bidang ilmu
psikologi di dalamnya guna mencapai tujuan tertentu. Kita bisa lihat dari
contoh diatas bahwa adanya suatu sistem yang terintegrasi yang bekerja secara
bersama untuk menerima, mengolah, dan menghasilkan hasil tes (output) tersebut
guna menjadi suatu informasi baru yakni hasil tes tersebut, yang kemudian
digunakan sesuai kebutuhan dalam bidang ilmu psikologi. Dan juga output atau
informasi yang dihasilkan disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi terkadang dengan
sistem komputerisasi ini tidak sepenuhnya sempurna, karena semua basis data
sudah tersistem dengan komputer, yang kemungkinan terdapat beberapa kesalahan.
Saya pribadi cukup merespon positif dengan adanya sistem informasi psikologi yang menjadi komputerisasi ini karena tidak dipungkiri sekarang kita hidup di zaman yang serba canggih, teknologi semakin berkembang, dan tentunya kita dituntut untuk mampu mengikuti perkembangan tersebut. Tetapi balik lagi kepada sesuai dengan kebutuhan kita.
Saya pribadi cukup merespon positif dengan adanya sistem informasi psikologi yang menjadi komputerisasi ini karena tidak dipungkiri sekarang kita hidup di zaman yang serba canggih, teknologi semakin berkembang, dan tentunya kita dituntut untuk mampu mengikuti perkembangan tersebut. Tetapi balik lagi kepada sesuai dengan kebutuhan kita.
Contoh
kasus 3:
Seorang wanita pengusaha sukses
datang kepada psikolog dan mengeluhkan sesuatu. Dia sering merasa harus mencuci
tangannya berkali – kali karena takut kuman masuk ke dalam tubuhnya, dia selalu
mengecek pintu dan jendela rumah berkali – kali sebelum meninggalkan rumah, dia
akan mengecek tasnya berkali – kali karena takut ada yang ketinggalan, dan yang
paling parah adalah dia pernah kembali lagi ke rumahnya karena dia pikir dia
lupa mematikan kompor gas, padahal dia sudah mengecek dan mematikan kompor gas
tersebut sebelum pergi ke kantor.
Analisa
kasus 3:
A. Pendekatan
Psikolog berusaha melakukan pendekatan kepada subjek, yaitu pengusaha wanita tersebut. Psikolog berusaha tampil sebagai seorang teman yang mau mengerti diri subjek seutuhnya dan setia mendengar segala keluhan yang dikemukakan subjek.
Psikolog berusaha melakukan pendekatan kepada subjek, yaitu pengusaha wanita tersebut. Psikolog berusaha tampil sebagai seorang teman yang mau mengerti diri subjek seutuhnya dan setia mendengar segala keluhan yang dikemukakan subjek.
1. Seorang wanita
2. Psikolog / Terapis
langkah-langkah :
langkah-langkah :
- Melakukan pendekatan kepada subjek.
- Mendengarkan keluhan subjek.
3. Menggali info subjek
- Seorang Pengusaha / Subjek
3. Menggali info subjek
- Seorang Pengusaha / Subjek
- Psikolog / Terapis
B. Menggali Info Subjek
Pada tahap ini, Psikolog membuat serangkaian daftar mengenai gejala – gejala yang menyertai, penyebab, kejadian – kejadian di masa lalu yang ada hubungannya dengan apa yang dialami subjek sekarang ini.
Pada tahap ini, Psikolog membuat serangkaian daftar mengenai gejala – gejala yang menyertai, penyebab, kejadian – kejadian di masa lalu yang ada hubungannya dengan apa yang dialami subjek sekarang ini.
Langkah-langkah :
1. Membuat serangkaian daftar
mengenai gejala – gejala yang menyertai.
2. Menanyakan penyebab dari kejadian
– kejadian di masa lalu sehubungan dengan apa yang diderita subjek sekarang.
C. Merumuskan Gangguan & Memilih
terapi yang tepat
Di sini Psikolog merumuskan gangguan apa yang sedang diderita oleh subjek sesuai dengan gejala – gejala yang tampak dan paling mendekati dengan diagnosa. Kemudian, Psikolog ini memilih terapi yang paling tepat untuk mengurangi gejala dan menyembuhkan gangguan yang diderita oleh subjek tersebut.
Di sini Psikolog merumuskan gangguan apa yang sedang diderita oleh subjek sesuai dengan gejala – gejala yang tampak dan paling mendekati dengan diagnosa. Kemudian, Psikolog ini memilih terapi yang paling tepat untuk mengurangi gejala dan menyembuhkan gangguan yang diderita oleh subjek tersebut.
Menggali info subjek
langkah-langkah :
langkah-langkah :
1. Membuat diagnosa yang paling
mendekati sesuai dengan gejala – gejala yang ada dan tampak pada subjek.
2. Memilih terapi untuk subjek.
2. Memilih terapi untuk subjek.
D. Pelaksanaan Terapi
Tahap ini diisi oleh kegiatan Psikolog dalam memulai terapi kepada subjek penderita gangguan, membuat pengontrolan, dan mencatat kemajuan maupun kemunduran subjek dalam mengikuti terapi yang diberikan.
Tahap ini diisi oleh kegiatan Psikolog dalam memulai terapi kepada subjek penderita gangguan, membuat pengontrolan, dan mencatat kemajuan maupun kemunduran subjek dalam mengikuti terapi yang diberikan.
Merumuskan gangguan dan memilih terapi
yang tepat
langkah-langkah :
langkah-langkah :
1. Memulai terapi kepada subjek
penderita
2. Membuat pengontrolan.
3. Mencatat kemajuan maupun kemunduran subjek dalam mengikuti terapi yang diberikan.
2. Membuat pengontrolan.
3. Mencatat kemajuan maupun kemunduran subjek dalam mengikuti terapi yang diberikan.
E. Kesimpulan
Hasil dari tahap – tahap yang dilakukan sebelumnya. Untuk Kasus 3, evaluasinya adalah sebagai berikut :
Nama : Keira
Usia : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Gangguan yang diderita : Gangguan Obsesif – Kompulsif
Gejala Psikis :
Hasil dari tahap – tahap yang dilakukan sebelumnya. Untuk Kasus 3, evaluasinya adalah sebagai berikut :
Nama : Keira
Usia : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Gangguan yang diderita : Gangguan Obsesif – Kompulsif
Gejala Psikis :
- Merasakan keterpaksaan berpikir
akan hal – hal yang tidak ingin subjek pikirkan
- Adanya perilaku kompulsif
- Mudah cemas dan gelisah
- Tegang
Gejala Fisik :
- Adanya perilaku kompulsif
- Mudah cemas dan gelisah
- Tegang
Gejala Fisik :
- Sakit kepala
Penyebab :
Penyebab :
Kompor gas pernah meledak dan pencuri
pernah masuk ke dalam rumahnya.
Terapi yang dipilih : Asosiasi Bebas
Jumlah Terapi : satu (1) buah
Pelaksanaan Terapi : 2 minggu – 1, 5 bulan
Hasil Observasi : Subjek mengeluarkan kata – kata yang tidak beraturan ketika diminta terapis untuk mengeluarkan segala pemikiran atau permasalah yang ada di pikirannya. Alisnya naik, ekspresi wajahnya tegang, dan subjek merasa sesak di dadanya.
Hasil Terapi : Subjek tidak berhasil dalam sesi terapi yang pertama. Subjek tetap mengulang perilaku kompulsifnya sehingga dibutuhkan terapi tambahan hingga subjek dapa memperlihatkan kemajuan yang berarti.
Jumlah Terapi : satu (1) buah
Pelaksanaan Terapi : 2 minggu – 1, 5 bulan
Hasil Observasi : Subjek mengeluarkan kata – kata yang tidak beraturan ketika diminta terapis untuk mengeluarkan segala pemikiran atau permasalah yang ada di pikirannya. Alisnya naik, ekspresi wajahnya tegang, dan subjek merasa sesak di dadanya.
Hasil Terapi : Subjek tidak berhasil dalam sesi terapi yang pertama. Subjek tetap mengulang perilaku kompulsifnya sehingga dibutuhkan terapi tambahan hingga subjek dapa memperlihatkan kemajuan yang berarti.
Saran kasus 3:
Subjek
harus menjalani terapi tambahan, Anggota keluarga / orang yang terdekat dengan
subjek harus mengingatkan subjek akan hal – hal yang menggoda subjek untuk
mengulangi perilaku kompulsifnya.
Daftar
Pustaka
http://carapedia.com/pengertian_definisi_sistem_menurut_para_ahli_info512.html
http://www.psikologizone.com/pengertian-ilmu-psikologi/0651110
http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/
http://ethaaaaaaa.blog.com/2011/05/19/sistem-informasi-psikologi-kasus-1-seorang-ibu-membawa/
TUGAS SOFTSKILL 4 PA 08
1. Akmal P
1. Akmal P
2. Noveria
3. Rizky Dahnia
4. Agung F
5. Elysabeth
0 komentar:
Posting Komentar